Hampir lima setengah tahun tapi bayangan itu masih menari-nari di
kepalaku. Bodoh! Kutatap cincin yang melingkar di jari manis kananku
sambil menggenggam erat undangan yang kuterima tadi malam. Bahkan saat
kami sama-sama sudah pelihara monyet masing-masing! Ini seperti pecandu
rokok tapi punya asma akut. Enak, tapi nyakitin diri sendiri.
Bayangan itu masih menari, mencakar luka yang sudah hampir kering,
merobek kemudian meneteskan obat merah untuk disembuhkan. Dan ketika hampir
kering, dicakarnya lagi luka itu. Berulang-ulang tanpa henti.
Namanya juga pecandu, mana mungkin aku bisa berhenti merokok, sampai
matipun percuma. Rokok itu sudah seperti oksigen buatku, mungkin aku
malah bisa mati kalau berhenti. Dia, rokok itu. Baru saja kupeluk erat
setelah sekian lama, meski perih menusuk-nusuk, meski air mata mengalir
deras, meski hati mencucurkan darah. Berulang kali terbersit di otakku,
kapan aku bisa berhenti?
Kutatap langit pagi yang mendung dan mendesah panjang. Kuhirup lagi sebatang rokok dalam-dalam.
Wednesday, July 27, 2016
Tuesday, July 26, 2016
Kenapa Sih Harus Tanya Kapan Nikah?
Tahun ini
dan tahun lalu mungkin emang masa-masanya angkatan aku melepas masa lajang.
Entah udah berapa puluh kondangan aku datengin, bahkan seragam bride’s maid
udah hampir mendekati 10. Yeah fantastis kan? Hahaha. Aku sampe gumoh dateng
kondangan yang hampir tiap minggu.
Sebetulnya,
fine aja dateng ke kondangan, asalkan ga tiap dateng ditanya kapan nyusul.
Mungkin emang udah masa harusnya nikah ya? Tapi enek juga sih lama-lama ditanya
begitu. Dikira nikah segampang beli susu di warung? Hey, it’s not that simple!
Monday, July 25, 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)